Friday, 16 May 2025

Bikin Surplus Neraca Perdagangan Mendag Jempolin Ekspor Tata Logam Group

news24xx


Bikin Surplus Neraca Perdagangan  Mendag Jempolin Ekspor Tata Logam GroupBikin Surplus Neraca Perdagangan Mendag Jempolin Ekspor Tata Logam Group
https://swastikaadvertising.com/

NEWS24.CO.ID - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan atau Zulhas melepas ekspor sebanyak 8 kontainer produk baja lapis dengan merek dagang Nexalume, Nexium, dan Nexcolor.

Baja lapis tersebut produksi PT Tata Metal Lestari (Tatalogam Group) dari pabrik barunya di Sadang, Purwakarta, Jawa Barat, Jumat (21/6/2024).

Zulhas menyebut bahwa pelepasan ekspor baja tujuan Australia, Kanada, dan Puerto Rico senilai USD 808.262 oleh PT Tata Metal Lestari ini merupakan kolaborasi nyata antara pemerintah dan pelaku usaha yang ditujukan untuk mendorong peningkatan kinerja ekspor nonmigas Indonesia.

Termasuk peningkatan ekspor produk baja Indonesia ke pasar global. Zulhas mengaku senang oleh adanya ekspor produk baja yang dilakukan PT Tata Metal Lestari.

Produsen baja lapis ini merupakan salah satu perusahaan yang memberikan kontribusi dan membuat neraca perdagangan Indonesia selama 48 bulan berturut-turut mengalami surplus.

"Tahun 2022 surplus kita US$ 54,5 miliar, tahun 2023 surplus kita sempat turun memang jadi US$36 miliaran lebih, sampai Mei 2024 sudah hampir US$14 miliar," ujar Zulhas.

Selain itu, Zulhas juga mengaku senang karena tujuan ekspor produk baja ini ke Australia hingga Kanada. Indonesia banyak mengimpor dari negara tersebut dan menyebabkan defisit perdagangan.

Untuk itu, dengan adanya ekspor komoditas baja lapis warna ini, Zulhas berharap bisa mengurangi defisit perdagangan.

Baca juga : Spanyol Vs Italia, Perang Mental Kekuatan Besar

Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) ini mengapresiasi PT Tata Metal Lestari atas kinerja usahanya, selain melayani pasar dalam negeri, juga melayani pasar ekspor yang pertumbuhan rata-ratanya di atas 10 persen per tahun.

Dia menambahkan, Kementerian Perdagangan terus mendorong pembukaan akses pasar produk Indonesia ke negara mitra dagang. Seperti dengan Australia, Indonesia telah memiliki perjanjian dagang Indonesia-Australia CEPA, sedangkan Indonesia-Canada CEPA yang saat ini dalam tahap perundingan dengan Kanada.

Pelepasan ekspor baja ke Kanada dan Australia merupakan momentum yang tepat dalam merespons permintaan baja Kanada dan Australia yang terus meningkat, masing-masing sebesar 16,94 persen dan 14,72 persen dalam lima tahun terakhir.

"Kalau mau jadi negara maju harus menguasai pasar dunia. Apalagi ini baja, UMKM saja kita bangga, apalagi ini termasuk industri yang teknologi tinggi. Mudah-mudahan ini memberikan tanda-tanda bahwa cita-cita kita ingin menjadi negara maju pada tahun 2045 bisa kita capai," ucapnya.

Vice President Operations PT Tata Metal Lestari, Stephanus Koeswandi menerangkan, menurut data dari The Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA), volume impor baja HS 72 dan HS 73 pada 2018-2022 mengalami naik-turun karena dampak pandemi Covid-19.

Sebelum pandemi, impor baja HS 72 dan 73 terus meningkat hingga mencapai 19 juta ton pada 2019.

Impor turun padan 2020 menjadi 14,1 juta ton karena adanya penurunan signifikan permintaan pasar, baik dalam negeri maupun global.

Namun di 2021 dan 2022, impor kembali meningkat menjadi 15,6 dan 16.8 juta ton.

Baca juga : Wujudkan Ketahanan Pangan, Perum Bulog Jamin Rantai Pasok Beras

“Melihat kondisi yang terjadi pada rentang waktu tersebut, PT Tata Metal Lestari yang baru berdiri pada tahun 2019 akhirnya melakukan manuver ekspor,” kata Stephanus.

Langkah ini, lanjut dia, dilakukan setelah mempelajari pola-pola seperti adanya gangguan rantai pasok, permintaan yang berfluktuasi, ketidakstabilan harga dan pasar (volatile), dukungan pemerintah dan perlindungan industri domestik?

Inovasi dan adaptasi, serta dampak jangka panjang restrukturisasi industri berfokus keberlanjutan dan efisiensi energi sebagai bagian integral dari strategi industri baja pasca-pandemi dari Tata Metal Lestari.

Manuver ini akhirnya mulai terbukti. Kondisi ekspor impor produk baja selama kuartal I 2023 (Q1 2023) menunjukkan dinamika yang cukup menarik. Dari 2018 sampai tahun 2022 volume ekspor secara total terlihat selalu meningkat.

Sementara pada Q1 2023, volume ekspor produk baja dengan Kode HS 72 dan 73 mengalami kenaikan sebesar 8,2 persen atau menjadi 3,18 juta ton dibandingkan dengan periode yang sama pada 2022.

Sedangkan volume impor juga mengalami kenaikan sebesar 7,7 persen pada Q1 2023 dibandingkan dengan Q1 2022, meskipun dari sisi nilai mengalami penurunan sebesar 9 persen.

Kontribusi ekspor produk baja yang semakin signifikan menunjukkan bahwa industri baja nasional telah tumbuh menjadi semakin penting bagi perekonomian nasional.

“Oleh karena itu, PT Tata Metal Lestari semakin yakin untuk lebih bergerak ke arah pasar ekspor.

Baca juga : Top! Neraca Perdagangan RI Surplus 49 Bulan Berturut-turut

Untuk, saat ini, dari produksi kami sebesar 85 persen dari kapasitas, 30 persen kami dedikasikan untuk ekspor.

Kontribusi penjualan ekspor adalah 25 hingga 30 persen dari total revenue. Hal ini membuktikan bahwa kualitas dan harga yang kami berikan kepada pasar global diterima dengan baik,” terang Stephanus.

Ia menambahkan, dengan trajectory yang bagus ini, PT Tata Metal Lestari pun kembali berinvestasi baru dengan mesin pewarnaan baja yang diluncurkan Oktober tahun lalu di Pabrik Sadang dengan nilai investasi kurang lebih Rp1,5 Triliun di luar lahan dan bangunan.

Investasi baru ini, otomatis akan melakukan penambahan pegawai yang berdampak kepada perluasan kesempatan kerja sebagai multiplier effect.

Tidak hanya itu, perusahaan yang ia pimpin kini juga telah mengaplikasikan teknologi manufaktur baru yang berkiblat kepada efisiensi sumber daya alam dan rendah emisi karbon yang selaras dengan konsep industri berkelanjutan dengan tingkat OEE (Overall Equipment Effectiveness) yang sudah di taraf standar internasional.

Dengan semakin derasnya arus tantangan baik pasar global maupun domestik, Stephanus berharap, Kementerian Perdagangan agar terus mendorong transfer teknologi melalui kemitraan dengan negara maju dan institusi penelitian, mendukung penerapan regulasi lingkungan yang ketat, mendorong pemberian pembiayaan dan insentif untuk perusahaan yang mengadopsi teknologi manufaktur hijau berkelanjutan)dan melakukan kegiatan ekspor secara aktif.

Ia juga berharap Kementerian Perdagangan mendukung sistem sertifikasi dan labelling untuk produk ramah lingkungan, mendorong program pelatihan, edukasi dan kampanye publik dan pelaku usaha untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang praktik berkelanjutan.

“Kementerian Perindustrian terus mendorong peluang economic powerhouse antara Indonesia dan negara-negara lain dalam memaksimalkan perjanjian kemitraan ekonomi baik bilateral maupun multilateral,” ujar Stephanus.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat NEWS24.CO.ID News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber : rm.id





Loading...